Memperkuat Ideologi Pancasila: Upaya Menangkal Radikalisme di Kalangan Generasi Muda

Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa. Dalam Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (Taskap) yang disusun oleh Kolonel Marinir Azrin sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII di Lemhannas RI, ditekankan bahwa pemahaman mendalam terhadap Pancasila adalah kunci dalam menangkal pengaruh radikalisme dan intoleransi, terutama di kalangan generasi muda.

Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Di satu sisi, kemajuan teknologi memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Namun, di sisi lain, hal ini juga membuka peluang bagi ideologi transnasional yang dapat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Taskap yang berjudul "Penguatan Pemahaman Ideologi Pancasila pada Generasi Muda Guna Menangkal Radikalisme dan Intoleransi" menjelaskan pentingnya peran pendidikan dalam membentengi generasi muda dari pengaruh ideologi destruktif.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Generasi Z dan Milenial mendominasi struktur usia penduduk Indonesia. Kelompok usia ini memiliki akses luas terhadap media sosial dan internet yang sering menjadi media penyebaran ideologi radikal. Dalam karya ilmiahnya, Kolonel Azrin mengungkapkan perlunya pembinaan ideologi Pancasila secara sistematis dan terencana untuk memperkuat daya tahan generasi muda terhadap ancaman tersebut.

Salah satu poin penting dari Taskap ini adalah identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman Pancasila di kalangan generasi muda. Faktor seperti kurangnya literasi digital, minimnya pendidikan ideologi di kurikulum sekolah, dan ketimpangan sosial-ekonomi disebut sebagai penyebab utama lemahnya penghayatan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh SETARA Institute, yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% siswa SMA merasa Pancasila bukanlah ideologi permanen yang tidak dapat digantikan.

Kolonel Azrin menekankan bahwa penguatan pemahaman ideologi Pancasila tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Melalui strategi komunikasi yang efektif, termasuk dialog interpersonal dan kampanye edukasi yang persuasif, nilai-nilai Pancasila dapat disosialisasikan secara lebih luas dan mendalam.

Dalam Taskap ini, penulis juga menggunakan pendekatan PESTLE Analysis untuk memahami pengaruh eksternal terhadap ideologi Pancasila. Analisis ini membantu mengidentifikasi ancaman global seperti neoliberalisme dan fasisme, yang kerap mengikis nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang menjadi inti dari Pancasila.

Selain memberikan solusi teoritis, Taskap ini juga menawarkan rekomendasi konkret untuk meningkatkan ketahanan ideologi generasi muda. Misalnya, memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang berbasis Pancasila, membangun literasi digital, dan menciptakan ruang dialog lintas agama dan budaya. Langkah-langkah ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya nilai-nilai kebangsaan di tengah arus globalisasi.

Kolonel Azrin juga menyoroti pentingnya peran lembaga negara seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam mengawal implementasi nilai-nilai Pancasila di berbagai lapisan masyarakat. Dengan adanya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, diharapkan ideologi Pancasila dapat menjadi benteng kuat dalam melindungi generasi muda dari bahaya radikalisme dan intoleransi.

Di era Revolusi Industri 5.0, kolaborasi antara teknologi dan manusia menjadi hal yang tidak terelakkan. Namun, penulis memperingatkan bahwa kemajuan ini harus disertai dengan penguatan karakter bangsa agar tidak kehilangan jati diri. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan teknologi juga menjadi salah satu rekomendasi utama dalam Taskap ini.

Keunikan karya ini terletak pada pendekatannya yang tidak hanya menyajikan solusi jangka pendek, tetapi juga mengusulkan strategi jangka panjang yang berfokus pada pemberdayaan generasi muda. Program seperti pelatihan kepemimpinan berbasis nilai-nilai Pancasila, pendampingan komunitas pemuda, hingga penguatan pendidikan karakter diharapkan mampu membangun generasi penerus bangsa yang kokoh secara ideologi.

Penting untuk dipahami bahwa penguatan pemahaman Pancasila bukan hanya persoalan akademik, tetapi juga upaya praktis yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan keluarga, keterlibatan organisasi masyarakat, dan dialog antar generasi menjadi kunci dalam menjembatani kesenjangan ideologis antara generasi muda dan nilai-nilai kebangsaan.

Pada akhirnya, Taskap ini menjadi sumbangan pemikiran yang berharga dalam upaya mempertahankan dan memperkuat ideologi Pancasila di Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda diharapkan dapat memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melalui langkah-langkah ini, Indonesia dapat tetap menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan sejahtera di tengah tantangan global.

Views: 116